Sabtu, 03 Januari 2015

APPT HEMATOLOGI



BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan.

Jadi dalam proses hemosatasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi biokimiawi yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan keadaan otot.

Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan koagulasi.

Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (activated parsial thromboplastin time APTT) Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melaui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prekalikrein, kininogen, XI, IX, VIII, X, V, protombin dan fibrinogen.

Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens tromboplastin parsial dan aktivator serta ion kalsium pada suhu 370C. reagen tromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti platelet factor 3.









B.  TUJUAN

Ø Test penyaring utama faktor koalgulasi melalui jalur intrinsik.



C.  RUSAN MASALAH

Ø Bagaimana hasil pemeriksaan APPT dan titer fibrinogen terhadap probandus ?

























































BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori

Darah adalah suatu jaringan yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam sistem vaskular, mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrien dari saluran cerna ke jaringan lain di seluruh tubuh. Darah juga membawa karbon dioksida dari dari jaringan ke paru-paru dan limbah bernitrogen ke ginjal untuk dikeluarkan dari tubuh. Salah satu bagain atau komponen darah adalah sel darah merah (eritrosit). Eritrosit adalah korpuskula darah yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit sangat lentur. Bentuk erotrosit dipengaruhi oleh osmolaritas media sekitarnya. Pada larutan hipotonik sedang, eritrosit membengkak. Dalam larutan yang lebih hipotonik eritrosit membengkak dan membran selnya pecah sehingga hemoglobin keluar sel. Pecahnya eritrosit hipotonik disebut hemolisis (Fawcet dan Bloom, 2002).

Darah merupakan medium transport dalam tubuh. Darah tersusun atas dua komponen, yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair dan terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Sel darah merah (erotrosit) merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit dapat mengalami lisis. Proese penghancuran eritrosit terjadi karena proeses patologis atau penambahan larutan yang tidak sesuai dengan konsentrasi dan tekanan osmotik darah (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin menjadi dua, yaitu komponen protein dan heme. Komponen protein yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali. Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu besi yang masih bisa digunakan dan bilirubin yang kan diekskresikan (Handayani dan Haribowo, 2008).



















BAB III

PROSEDUR KERJA

A.  PRA ANALITIK

1.    Alat

Ø Tabung serologi

Ø Pipet ukur

Ø Stopwatch



2.      Bahan

Ø  Plasma citrat

Ø  Cacl2

Ø  Thrombosit



3.      Sampel

Ø  Darah vena



4.      probandus

Ø  nana : X

Ø  umur : Y

Ø  alamat : Z

Ø  j. Kel : -





B.  ANALITIK

1.    Prinsip

Ø Kalsium darah penderita diikat oleh antikoagulant yang ditambahkan, sehingga koalgulasi tercegah dalam plasma terdapat semua faktor koagusi intrinsik, kecuali kalsium dan thrombosit ke dalam plasma tersebut ditambahkan kalsium untuk mengaktivasi thrombocyte dan mensubstitusian phospolipid dan tambahkan aktivasi kaolin terjadi pembekuan.









2.      Tujuan

Ø  Test penyaring utama faktor koagulasi melalui jalur intrinsik.



3.      Prosedur kerja

Ø  Waterbat dipasang suhunya hingga konstan 37 da semua reagen dimasukkan ke dalam selama 1-2 menit.

Ø  Tambahkan 0.1 ml thrombosit kemudian kocokdan inkubasi 3-5 menit dalam waterbath.

Ø  Tambahkan 0.1 ml cacl2 stopwatch dipasang campur baik-baik.

Ø  20 detik kemudian diangkat, dan catat masa pembekuan terbentuknya kekeruhan atau benang-benang fibrin.















































BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  POST ANALITIK

1.    Harga normal

Ø 35-45 detik



2.      Hasil

Ø  40 detik



3.      Dokumentasi


pengambilan darah


Waterbath


hapusan darah



4.      Pembahasan

Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.

 
APTT memanjang dijumpai pada :

Defisiensi bawaan



  • Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
  • Faktor VIII
  • Faktor IX
  • Faktor XI
  •  Faktor XII
  • Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW    kininogen (Fitzgerald factor) Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.



2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :

  • Penyakit hati (sirosis hati)
  • Leukemia (mielositik, monositik)
  • Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
  • Malaria
  • Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation (DIC)
  • Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)
  • Selama terapi antikoagulan oral atau heparin

Pemeriksaan APTT dapat dilakukan dengan cara manual (visual) atau dengan alat otomatis (koagulometer), yang menggunakan metode foto-optik dan elektro-mekanik. Teknik manual memiliki bias individu yang sangat besar sehingga tidak dianjurkan lagi. Tetapi pada keadaan dimana kadar fibrinogen sangat rendah dan tidak dapat dideteksi dengan alat otomatis, metode ini masih dapat digunakan. Metode otomatis dapat memeriksa sampel dalam jumlah besar dengan cepat dan teliti.

Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal). Setelah ditambah kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin. Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.

Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah vena dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109M) dengan perbandingan 9:1. Gunakan tabung plastik atau gelas yang dilapisi silikon. Sampel dipusingkan selama 15 menit dengan kecepatan 2.500 g. Plasma dipisahkan dalam tabung plastik tahan 4 jam pada suhu 20±5oC. Jika dalam terapi heparin, plasma masih stabil dalam 2 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan antikoagulan citrate dan 4 jam pada suhu 20±5oC kalau sampling dengan tabung CTAD.

Nilai Rujukan

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

  • Pembekuan sampel darah,
  • Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok,
  • Pengambilan sampel darah pada intravena-lines (mis. pada infus heparin).













BAB V

KESIMPULAN

A.  KESIMPULAN

Jadi pada pemeriksaan APPT di dapatkan hasil pembekuan darah pada 40 detik.

































DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Hematologi, Jakarta, 2002.

Fawcett, D. W. dan Bloom, 2002, Buku Ajar Histologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Handayani,W. dan Haribowo, A. S., 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.


Wirawan, Riadi dan Erwin Silman, Laboratorium Hematologi Sederhana, Edisi 2, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2008.
























1 komentar:

  1. Thankyou buat infonya ttg APPT, apa hubungannya dgn PPT dan penyakit jantung ya?.. soalnya ada teman saya bertanya kpd saya. Lalu dasar nilainya yg normal berapa? Terima kasih

    BalasHapus